Rabu, 06 Juni 2012

hadits yang lemah tentang puasa romadhon


Berikut ini adalah hadîts-hadîts masyhur yang banyak disampaikan terutama oleh khatib dan penceramah. Mereka menisbahkan hadîts-hadîts tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam padahal tidak shahîh dari beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kami akan menyebutkan hadîts-hadîts tersebut beserta  penjelasan kelemahannya, sebagai nasihat bagi kaum muslimin semuanya.
1. Hadîts:
« إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ نَظَرَ اللهُ إِلىَ خَلْقِهِ وَإِذَا نَظَرَ اللهُ إِلىَ عَبْدِهِ لَمْ يُعَذِّبُْهُ أَبَدًا وَِللهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ أَلْفُ أَلْفٍ عَتِيْقٍ مِنَ النَّارِ…. »
“Jika ada  malam pertama dari bulan Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya, dan jika Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat kepada seorang hamba-Nya, maka Dia tidak akan menyiksanya untuk selamanya. Dan pada setiap malam Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sejuta orang yang dibebaskan dari api neraka….”
Hadits Palsu, didalam sanadnya terdapat ‘Utsman bin ‘Abdillah as-Syami salah seorang pemalsu hadîts. Hadîts diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi didalam al-Maudhu’at, kemudian dia berkata: “Palsu, didalamnya terdapat orang-orang yang tidak dikenal, dan yang tertuduh memalsukannya adalah ‘Utsman.”
Dalam bab ini yang shahîh adalah hadîts:
« إِنَّ ِللهِ تَعَالىَ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ , وَذَلِكَ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ »
“Sesungguhnya Allah pada setiap waktu berbuka memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari api nereka, yang demikian itu adalah pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi: 682; Ibn khuzaimah: 1883)
2. Hadîts:
« اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلىَ رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ »
Jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin berbuka beliau berdo’a: “Ya Allah, untuk-Mu lah kami berpuasa, atas rizkimu kami berbuka, ya Allah, terimalah dari kami (amal kami), sesungguhnya engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan juga diriwayatkan dengan lafadz: “Ya Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, dan atas rizkimu aku berbuka.”
Hadîts Lemah, diriwayatkan dari hadîts Ibnu ‘Abbas, dan Anas Radhiallahu ‘Anhu, dan tidak shahîh, bahkan semua jalan hadîts tersebut lemah dengan kelemahan yang tidak bisa saling menguatkan. Dan kedudukan hadîts tersebut seperti perkataan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad: “Tidak tetap (dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).” Namun kalau menurut Abdul Qadir al-Arnauth hadîts ini saling menguatkan dan menjadi hasan. Wallahu a’lam.
3. Hadîts:
« إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ لاَ تُرَدُّ »
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki do’a yang tidak akan ditolak saat berbuka.”
Hadîts Lemah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Hadîts ‘Abdullah ibn ‘Amr bin al-’Ash. Rincian hadîts tersebut telah disebutkan oleh al-Albani dalam al-Irwa’ (4/41)
4. Hadîts:
« أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ وَ أَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَ آخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ »
“Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.”
Hadîts Munkar, diriwayatkan oleh al-’Uqaili, Ibnu ‘Adiy, dan didalam sanadnya terdapat dua orang laki-laki yang salah satu dari keduanya munkarul hadîts (sering menyalahi hadîts-hadîts yang benar) dan yang lain matruk(hadîts yang diriwayatkannya ditinggalkan).
5. Hadîts:
« خَمْسٌ تُفْطِرُ الصَّائِمَ وَتَنْقُضُ الْوُضُوْءَ : الْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالنَّظْرُ بِالشَّهْوَةِ وَالْيَمِيْنُ الْفَاجِرَةُ »
“Lima perkara yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu`; berdusta, menggunjing, namimah (adu domba), melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu.”
Hadîts Palsu, diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at, dan dia berkata: “Palsu.” Abu Hatim berkata: “Ini adalah hadîts dusta.”
6. Hadîts:
« صَائِمُ رَمَضَانَ فِي السَّفَرِ , كَالْمُفْطِرِ فِي الْحَضَرِ »
“Orang yang berpuasa Ramadhan dalam safar, seperti orang yang berbuka diwaktu tinggal (dirumah).”
Hadîts Munkar, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadîts Abdurrahman ibn ‘Auf, Syaikh al-Albani telah merinci penjelasannya dalam ad-Dha’ifah (1/498/505)
7. Hadîts:
« الصَّائِمُ فِيْ عِبَادَةٍ , مَالَمْ يَغْتَبْ »
“Orang yang berpuasa (senantiasa) dalam peribadatan selagi dia tidak mengghibah.”
Hadîts Munkar, diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam al-Kamil, dan dia menjadikannya termasuk kemunkaran hadîts Abdurrahman bin Harun al-Ghassaniy, dan ad-Daraquthni juga telah mendustakannya.
8. Hadîts:
« صُوْمُوا تَصِحُّوا »
“Berpuasalah kalian, kalian akan sehat.”
Hadîts Lemah, al-’Iraqi berkata: “Diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-Ausath dan Abu Nu’aim dalam at-Thibdari hadîts Abu Hurairah, dengan sanad lemah.
9. Hadîts:
« لِكُلِّ شَيْءٍ زَكَاةٌ وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ »
“Segala sesuatu ada  zakatnya, dan zakatnya tubuh adalah puasa.”
Hadîts Lemah, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya dari hadîts ?Abu Hurairah, dan diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-’Ilal al-Mutanahiyah fi al-Ahadits al-Wahiyah dari hadîts Sahl bin Sa’id. Dan Ibnul Jauzi berkata: “Ini adalah hadîts yang tidak shahîh.”
10.  Hadîts:
« مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ فِيْ غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللهُ لَهُ, لَمْ يَقْضِ عَنْهُ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهُ , وَإِنْ صَامَهُ »
“Barangsiapa berbuka satu hari dari bulan Ramadhan tanpa keringanan yang dibuat oleh Allah untuknya, maka  puasa satu tahun penuh tidak dapat membayar hutangnya, sekalipun dia berpuasa dengannya.”
Hadîts Lemah, diriwayatkan oleh al-Bukhari secara mu’allaq dengan menggunakan bentuk hadîts yang berpenyakit, diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan Syaikh Samir telah menjelaskan kelemahannya didalam Fadhail Syahri Ramadhan oleh Ibnu Syahîn.
11.  Hadîts:
« مَنْ صَامَ رَمَضَانَ , وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ , وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ أَنْ يَتَحَفَّظَ مِنْهُ كُفِّرَ مَا قَبْلَهُ »
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, dan dia mengetahui batasan-batasannya, dan dia menjaga apa saja yang dia harus menjaga diri darinya, maka terhapuslah (dosa-dosanya) yang telah berlalu.”
Hadîts Lemah, diriwayatkan oleh Ahmad, dan didalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak diketahui.
Sumber: al-Ilmam bi ahkami wa Adabis Shiyam, oleh Syaikh Samir ibn Amin Az-Zuhairi
(Majalah Qiblati Th. II ed. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar